Suratresmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik perseorangan, instansi, maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran, dan surat pemberitahuan. Ciri-ciri surat resmi: [15] Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi. Ada nomor surat, lampiran, dan perihal. Para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya umat bermain musik dan mendengarkannya. Di era kejayaannya, umat Islam mampu mencapai kemajuan dalam bidang seni musik. Terlebih lagi, musik dan puisi menjadi salah satu tradisi yang berkembang di Semenanjung Arab sebelum kedatangan Islam. Seni musik Islam mulai berkembang ketika wilayah kekuasaan Islam meluas. Pada saat itu, kaum Muslim mulai berbaur dengan berbagai bangsa yang masing-masing mempunyai kebudayaan dan peradaban Islam dalam bidang musik tercatat dalam Kitab Al-Aghani yang ditulis oleh Al-Isfahani 897 M-967 M. Dalam kitab itu, tertulis sederet musisi di zaman kekhalifan, seperti Sa'ib Khathir wafat 683 M, Tuwais wafat 710 M, dan Ibnu Mijjah wafat 714 M. Penyebaran Islam ke seluruh penjuru jazirah Arab, Persia, Turki, Romawi, hingga India, itu memiliki tradisi Misjah wafat tahun 705 M merupakan ahli musik pertama yang muncul di awal perkembangan seni musik pada masa kejayaan peradaban Islam. Setelah itu, kaum Muslim banyak yang mempelajari buku-buku musik yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dan Hindia. Mereka mengarang kitab-kitab musik baru dengan mengadakan penambahan, penyempurnaan, dan pembaharuan, baik dari segi alat-alat instrumen maupun dengan sistem dan musik berkembang pesat di era kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Para ilmuwan Muslim menerjemahkan risalah musik dari Yunani terutama ketika Khalifah Al-Ma'mun berkuasa. Para Khalifah Abbasiyah pun turut mensponsori para penyair dan musisi. Salah satu musisi yang karyanya diakui dan disegani adalah Ishaq Al-Mausili 767 M-850 M.Umat Muslim juga memiliki Yunus bin Sulaiman Al-Khatib wafat 785 M. Beliau adalah pengarang musik pertama dalam Islam. Kitab-kitab karangannya dalam bidang musik sangat bernilai tinggi sehingga penggarang-penggarang teori musik Eropa banyak yang merujuk ke ahli musik ini. Dalam perkembangan selanjutnya, dikenal juga Khalil bin Ahmad wafat tahun 791 M. Beliau telah mengarang buku teori musik mengenai not dan itu ada Ishak bin Ibrahim Al-Mausully wafat tahun 850 M yang telah berhasil memperbaiki musik Arab jahiliyah dengan sistem baru. Buku musiknya yang terkenal adalah Kitabul Alhan Wal-Angham Buku Not dan Irama. Beliau juga sangat terkenal dalam musik sehingga mendapat julukan Imam Ul-Mughanniyin Raja Penyanyi.Selain penyusunan kitab musik yang dicurahkan pada akhir masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Prof A Hasmy dalam bukunya mengenai Sejarah Kebudayaan Islam mengungkapkan, pada masa itu para khalifah dan para pejabat lainnya memberikan perhatian yang sangat besar dalam pengembangan pendidikan sekolah musik didirikan oleh negara Islam di berbagai kota dan daerah, baik sekolah tingkat menengah maupun sekolah tingkat tinggi. Sekolah musik yang paling sempurna dan teratur adalah yang didirikan oleh Sa'id 'Abd-ul-Mu'min wafat tahun 1294 M. Pendirian sekolah musik ini terutama banyak dilakukan pada masa pemerintahan Dinasti satu sebab mengapa di masa Dinasti Abbasiyah didirikan banyak sekolah musik, menurut Prof A Hasmy, karena keahlian menyanyi dan bermusik menjadi salah satu syarat bagi pelayan budak, pengasuh, dan dayang-dayang di istana dan di rumah pejabat negara atau di rumah para hartawan untuk mendapatkan pekerjaan. Karena itu, telah menjadi suatu keharusan bagi para pemuda dan pemudi untuk mempelajari matematika dan filsafat Pada awal berkembangnya Islam, musik diyakini sebagai cabang dari matematika dan filsafat. Tak heran jika banyak di antara para matematikus dan filsuf Muslim terkemuka yang juga dikenal karena sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan seni musik. Salah satu di antaranya adalah Al-Kindi 800 M-877 M. Ia menulis tak kurang dari 15 kitab tentang musik, namun yang masih ada tinggal lima. Al-Kindi adalah orang pertama yang menyebut kata Muslim lainnya yang juga banyak menyumbangkan pemikirannya bagi musik adalah Al-Farabi 870 M-950 M. Ia tinggal di Istana Saif al-Dawla Al-Hamdan¡ di Kota Aleppo. Matematikus dan filsuf ini juga sangat menggemari musik serta puisi. Selama tinggal di istana itu, Al-Farabi mengembangkan kemampuan musik serta teori tentang juga diyakini sebagai penemu dua alat musik, yakni rabab dan qanun. Ia menulis tak kurang dari lima judul kitab tentang musik. Salah satu buku musiknya yang populer bertajuk, Kitabu al-Musiqa to al-Kabir atau The Great Book of Music yang berisi teori-teori musik dalam Al-Farabi dalam bidang musik masih kuat pengaruhnya hingga abad ke-16 M. Kitab musik yang ditulisnya itu sempat diterjemahkan oleh Ibnu Aqnin 1160 M-1226 M ke dalam bahasa Ibrani. Selain itu, karyanya itu juga dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin berjudul De Scientiis dan De Ortu Scientiarum. Salah satu ahli teori musik Muslim lainnya adalah Ibnu Islam tentang Lagu dan Musik Banyak orang meyakini bahwa musik bisa membangun kesadaran masyarakat atas kondisi sosial yang terjadi di sekitarnya. Lalu, bagaimanakah Islam memandang musik itu sendiri dalam kaitannya dengan pembangunan sosial dan budaya suatu Islam, ada dua pandangan terhadap musik. Ada ulama yang membolehkan dan ada pula yang melarangnya. Perbedaan ini muncul lantaran Alquran tak membolehkan dan melarangnya. Namun demikian, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang boleh atau tidaknya bermain musik, termasuk mendengarkannya. Imam Syaukani dalam kitabnya Nailul Authar menyatakan, para ulama berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik. Menurut jumhur ulama, hukumnya haram. Sedangkan, Mazhab Ahl al-Madinah, Azh-Zhahiriyah, dan jamaah Sufiyah Mansyur al-Baghdadi dari Mazhab Syafi'i menyatakan, Abdullah bin Ja'far berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak menjadi masalah. Bahkan, dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan budak wanita jawari dengan alat musik, seperti rebab. Persitiwa ini terjadi di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib al-Jaziri dalam kitabnya Al-Fiqh 'Ala Mazhahib al-Arba'ah menyatakan, Al-Ghazali berkata, ''Nas-nas syarak telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, dan memukul rebana sambil bermain perisai dan senjata dalam perang pada hari raya adalah mubah. Sebab, hari seperti itu adalah hari bergembira.''Mengutip perkataan Imam Syafi'i yang mengatakan, sepanjang pengetahuannya, tidak ada seorang pun dari ulama Hijaz yang benci mendengarkan nyanyian atau suara alat-alat musik, kecuali bila di dalamnya mengandung hal-hal yang dilarang oleh Mazhab Hambali menyatakan, tidak halal menggunakan alat musik, seperti seruling, gambus, dan gendang, baik dalam acara seperti pesta pernikahan maupun acara lainnya. Menurut pendapat ini, walaupun acara walimahan, apabila di dalamnya ada alat musik, seseorang tidak wajib untuk memenuhi undangan ulama Hanafiyah menyatakan, nyanyian yang diharamkan adalah nyanyian yang mengandung kata-kata tidak baik, tidak sopan, porno, dan sejenisnya. Sedangkan, yang dibolehkan adalah yang memuji keindahan bunga, air terjun, gunung, pemandangan alam, dan memuji kebesaran Allah terkemuka Dr Yusuf al-Qardawi dalam bukunya, Al-Halaal wal Haraam fil Islam, memperbolehkan musik dengan sejumlah Muhammad Nashiruddin al-Albani melarang umat Islam untuk bermusik. Ia mendasarkannya pada salah satu hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari. ''Akan ada dari umatku sebagai kaum yang menghalalkan zina, memakai sutra, minuman keras, dan alat-alat musik.''Musik Sebagai Pemersatu Sebenarnya, sejumlah ritual keagamaan yang dijalankan umat Islam mengandung musikalitas. Salah satu contohnya adalah alunan azan. Selain itu, ilmu membaca Alquran atau ilmu qiraah juga mengandung musik. Secara umum, umat Islam memperbolehkan musik. Bahkan, di era kejayaannya, umat Islam mampu mencapai kemajuan dalam bidang seni ulama di Tanah Air menilai, musik memiliki peranan baik jika ditinjau dari segi kehidupan sosial masyarakat ataupun kehidupan beragama. Dalam pandangan Prof KH Didin Hafidhudin, kesenian-termasuk seni musik-merupakan kebutuhan yang sesuai dengan fitrah manusia. ''Islam itu adalah agama yang menghargai fitrah manusia. Karena itu, sah untuk dikembangkan.''Melalui musik, menurut Didin, manusia dari berbagai tempat serta dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda bisa dipertemukan. Selain itu, melalui musik, kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang bisa diasah. ''Orang saling mengenal satu sama lain, di samping juga semakin mengenal siapa dirinya,'' ujar ketua umum Baznas ini kepada konteks ajaran Islam, lanjut Didin, sebuah karya musik haruslah bertujuan untuk mendekatkan diri seorang manusia kepada sang pencipta, Allah SWT. Namun, yang terjadi sekarang, sambungnya, banyak karya musik yang dihasilkan hanya mengusung tema pemujaan kepada lawan jenis dan kebebasan yang tidak bertanggung menilai, paradigma musik saat ini dekat dengan hal yang bersifat hura-hura dan urakan. Dan, itu semua, menurutnya, sudah melekat pada diri para musisi dalam negeri. ''Padahal, ide-ide gagasan tersebut ditularkan kepada masyarakat pendengar. Karena itu, tidak jarang karya musik itu justru menimbulkan kematian dan anarki,'' musik, ungkap Ketua Umum Rabithah Ma'ahidil Islamiyah RMI/Asosiasi Pondok Pesantren Se-Indonesia, KH Mahmud Ali Zain, selain menjadi sebuah budaya, juga menjadi alat penghibur dan alat untuk berkomunikasi. Karena itu, kata dia, kedudukan musik berbeda-beda. ''Ada yang menyatakan itu barang yang mubah, tetapi ada juga yang memandangnya sebagai sebuah barang yang diharamkan tidak boleh.''Namun, dalam pandangan Islam, menurut Mahmud, sebuah karya musik paling tidak harus memenuhi dua persyaratan, yakni memiliki unsur religi dari sisi lagu dan religi dari sisi pihak yang mengusung lagu tersebut. Dari sisi lagu, harus mengarah kepada pujian kepada Allah SWT. Sementara itu, orang yang membawakan lagu tersebut harus mengenakan pakaian yang sopan dan tidak membuka aurat.''Karena, dalam kacamata Islam, sebuah karya musik jangan sampai menarik pendengarnya kepada kemaksiatan dan perbuatan dosa. Tetapi, harus bisa menyebabkan orang bertambah takwa, seperti musik yang diusung oleh grup musik Bimbo, Snada, dan lainnya,'' musik yang banyak diusung saat ini, terutama oleh musisi Tanah Air, tambah Didin Hafidhudin, banyak yang tidak jelas. Musik, sambungnya, hanya ditujukan untuk melahirkan kesombongan dan itu, ungkap Didin, umat Islam perlu diarahkan kepada alternatif-alternatif musik, sama seperti halnya dengan ekonomi harus ada alternatif. ''Jangan sampai musik itu bebas nilai, terutama yang diperdengarkan kepada angkatan muda,'' tukasnya. Musik Sebagai Alat Terapi dan Pengobatan Seni musik yang berkembang begitu pesat di era kejayaan Islam tak hanya sekadar mengandung unsur hiburan. Para musisi Islam legendaris, seperti Abu Yusuf Yaqub ibnu Ishaq al-Kindi 801–873 M dan al-Farabi 872-950 M, telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau Saoud dalam tulisannya bertajuk The Arab Contribution to the Music of the Western World menyebutkan bahwa al-Kindi sebagai psikolog Muslim pertama yang mempraktikkan terapi musik. Menurut Saoud, pada abad ke-9 M, al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada musik. ''Dengan terapi musik, al-Kindi mencoba menyembuhkan seorang anak yang mengalami quadriplegic atau lumpuh total,'' papar musik juga dikembangkan ilmuwan Muslim lainnya, yakni al-Farabi 872-950 M. Al-Farabi menjelaskan terapi musik dalam risalah yang berjudul Meanings of Intellect. Amber Haque 2004 dalam tulisannya bertajuk Psychology from Islamic Perspective Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists, Journal of Religion and Health mengungkapkan, dalam manuskripnya itu, al-Farabi telah membahas efek-efek musik terhadap musik berkembang semakin pesat di dunia Islam pada era Kekhalifahan Turki Usmani. Prof Nil Sari, sejarawan kedokteran Islam dari Fakultas Kedokteran University Cerrahpasa Istanbul, mengungkapkan perkembangan terapi musik di masa kejayaan Turki gagasan dan pemikiran yang dicetuskan ilmuwan Muslim, seperti al-Razi, al-Farabi, dan Ibnu Sina, tentang musik sebagai alat terapi dikembangkan para ilmuwan di zaman kejayaan Turki Usmani. Mereka adalah Gevrekzade wafat 1801, Suuri wafat 1693, Ali Ufki 1610-1675, Kantemiroglu 1673-1723, serta Hasim Bey abad ke-19 M.Nil Sari mengatakan, para ilmuwan dari Turki Usmani itu sangat tertarik untuk mengembangkan efek musik pada pikiran dan badan manusia. Tak heran jika Abbas Vesim wafat 1759/60 dan Gevrekzade telah mengusulkan agar musik dimasukkan dalam pendidikan kedokteran. Keduanya berpendapat, seorang dokter yang baik harus melalui latihan musik. Usulan Vesim dan Gevrekzade itu diterapkan di universitas-universitas hingga akhir abad pertengahan. Sekolah kedokteran pada saat itu mengajarkan musik serta aritmatika, geometrik, dan astronomi kepada para Turki pra-Islam, ungkapnya, meyakini bahwa kosmos diciptakan oleh Sang Pencipta dengan kata 'ku' atau 'kok' suara. Mereka meyakini bahwa awal terbentuknya kosmos berasal dari suara. Menurut kepercayaan Islam, seperti yang tertulis dalam Alquran, Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi. ''Dan, bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, cukuplah Dia hanya mengatakan kepadanya, 'Jadilah.' Lalu, jadilah ia.'' QS Albaqarah 117.Setelah Islam berkembang di Turki, masyarakat negeri itu masih tetap meyakini kekuatan suara. Inilah yang membuat peradaban Islam di era Turki Usmani menyakini bahwa musik dapat menjadi sebuah alat terapi yang dapat menyeimbangkan antara badan, pikiran, dan emosi-sehingga terbentuk sebuah harmoni pada diri itu, para ahli terapi musik di zaman Ottoman meyakini bahwa pasien yang menderita penyakit tertentu atau emosi seseorang dengan temperamen tertentu dapat dipengaruhi oleh ragam musik tertentu. ''Para ahli musik di era Turki Usmani menyatakan, makam tipe melodi tertentu memiliki kegunaan pengobatan tertentu juga,'' sekitar 80 ragam tipe melodi yang berkembang di masyarakat Turki Usmani. Sebanyak 12 di antaranya bisa digunakan sebagai alat terapi. Menurut Nil Sari, dari teks-teks tua dapat disimpulkan bahwa jenis musik tertentu dapat mengobati penyakit tertentu atau perasaan era kejayaan Kesultanan Turki Usmani, terapi musik biasanya digunakan untuk beberapa tujuan, seperti pengobatan kesehatan mental, perawatan penyakit organik, atau perbaikan harmoni seseorang, yakni menyeimbangkan kesehatan antara badan, pikiran, dan emosi. Musik juga diyakini mampu menyebabkan seseorang tertidur, sedih, bahagia, dan bisa pula memacu Sari mengungkapkan, para ilmuwan di era Turki Usmani meyakini bahwa musik memiliki kekuatan dalam proses alam. Musik dapat berfungsi meningkatkan mood dan emosi secara keseluruhan. Bahkan, para ilmuwan di era Ottoman sudah mampu menetapkan jenis musik tertentu untuk penyakit tertentu. Misalnya, jenis musik huseyni dapat mengobati demam. Sedangkan, jenis musik zengule dan irak untuk mengobati itu, masyarakat Barat baru mengenal terapi musik pada abad ke-17 M. Adalah Robert Burton lewat karya klasiknya berjudul The Anatomy of Melancholy yang mengembangkan terapi musik di Barat. Menurut Burton, musik dan menari dapat menyembuhkan sakit jiwa, khususnya masyarakat Amerika Serikat AS baru mengenal terapi musik sekitar 1944. Pada saat itu, Michigan State University membuka program sarjana terapi musik. Sejak 1998, di Amerika telah berdiri The American Music Therapy Association AMTA. Organisasi ini merupakan gabungan dari National Association for Music Therapy NAMT yang berdiri tahun 1950 dan The American Association for Music Therapy AAMT yang berdiri tahun Gambus dan Rebana Unsur budaya Indonesia yang banyak mendapatkan pengaruh dari budaya Arab adalah seni, terutama seni tari dan seni musik tradisional. Tidak sulit untuk mengetahui jenis-jenis musik apa saja di yang dipengaruhi oleh musik Arab. Melalui teknologi informasi atau museum, kita dapat mengenali persamaan bentuk musik di jazirah Arab dan di negeri adalah salah satunya. Gambus berkembang pesat di beberapa kawasan Melayu, seperti Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Hingga kini, musik ini masih banyak dimainkan meskipun secara kuantitas tidak seramai kehadiran musik gambus dapat ditelusuri melalui masuknya Islam di kawasan Melayu. Dra Tengku Sitta Syaritsa dalam Musik Melayu dan Perkembangannya di Sumatra Utara menyatakan, masuknya musik gambus di Sumatra melalui hubungan dagang Kerajaan Melayu Aru yang berpusat di Deli dan Kerajaan Malaka dengan pedagang-pedagang Arab. Dari sini, kontak budaya terus berkembang sehingga melahirkan bentuk-bentuk kesenian dengan pernyataan itu, Tengku Irham, managing director of The Malay Management, mengatakan, selain kesamaan agama antara orang Melayu dan orang Arab, karakter orang Melayu sendiri terbuka bagi budaya-budaya luar.''Masuknya Islam melalui pantai timur Sumatra memungkinkan terjadinya kontak budaya antarbangsa, termasuk kontak budaya antara Melayu dan Arab. Pengaruh Arab dalam musik Melayu berupa alat musik dan nada lagu. Alat musiknya berupa gambus dan nada lagunya berupa cengkok Melayu yang khas padang pasir,'' kata Tengku Irham kepada gambus Pada zaman dahulu, masyarakat Melayu menampilkan gambus dalam berbagai hajatan, seperti pesta pernikahan, sunatan, upacara kelahiran, bahkan pada upacara kematian. Tampak jelas bagaimana pentingnya musik gambus bagi masyarakat Melayu. Ia menjadi hiburan, di samping sebagai sarana penyampaian pesan-pesan moral. Tak heran jika segenap masyarakat, mulai dari keluarga kesultanan hingga masyarakat awam, gandrung pada musik awal tahun 1970-an, musik gambus di Indonesia berkembang dengan baik. Biasanya, gambus diiringi dengan alat-alat musik yang terdiri atas biola, seruling, gendang, dan tabla. Salah satu orkes gambus yang terkenal pada awal tahun 70-an ialah Orkes Gambus El-Surayya di bawah pimpinan Almarhum Prof Ahmad hanya di Indonesia, masyarakat Melayu Sabah juga giat mengembangkan gambus. Tokoh musik pada waktu itu adalah Tuan Haji Umar Sidik, pendiri kelompok gambus Gelora Dakwah pada tahun 1975 dan juga Tuan Haji Jalidar bin Abd Rahim, pendiri kelompok Noor El-Kawakib pada tahun tetapi, pada era modern ini, keberadaan gambus semakin tersingkir oleh musik-musik modern. Boleh jadi hanya masyarakat Melayu Brunei yang masih memelihara tradisi pementasan gambus. Kerajaan Brunei Darussalam memberikan perhatian yang besar pada warisan seni musik ini melalui festival-festival dalam skala nasional dan internasional. Adapun di Indonesia dan Malaysia, gambus lebih akrab dengan museum daripada dengan pandangan Tengku Irham, satu-satunya jalan untuk menyelamatkan warisan kesenian tradisonal Indonesia adalah kemauan kuat dari pihak pemerintah. Musik tradisional akan semakin redup jika terus dibiarkan tergilas maraknya musik-musik modern yang komersial. "Memang, musik gambus akan tetap bertahan. Tapi, ya hanya sekadar bertahan, tidak berkembang. Oleh sebab itu, semua pihak harus membangun kesadaran untuk menyelamatkan warisan khazanah budaya kita," kasidah rebana lebih baik Nasib yang lebih baik dialami oleh musik kasidah rebana karena corak kearabannya lebih kental. Pada dasarnya, tema yang diusung dalam kasidah gambus dan kasidah rebana tidah jauh berbeda. Yaitu, seputar dakwah Islam; menyampaikan pesan agama, kisah para nabi, serta menyerukan semangat pembangunan bangsa dan sinilah letak kekuatan kasidah rebana. Di satu sisi, syair-syair yang disampaikan melintasi batas ruang dan waktu, bersifat universal, atau tidak cepat basi. Di sisi lain, warna musiknya kental dengan warna musik Arab sehingga dinilai lebih Islami daripada musik gambus. Menurut Hj Jalidar Abdul Rahim, lagu-lagu kasidah yang banyak beredar di dunia Melayu saat ini umumnya beraliran Arab Iraqi, Hijazi, dan kasidah dikenal juga dengan istilah nasyid. Ada pula yang menyebutnya tagoni dan samrah. Jika ditinjau dari segi kebahasaan, nasyid berasal dari kata 'nasyada' yang berarti membangkitkan atau memberikan semangat. Sampai era modern sekarang pun, bait-bait syair dalam musik kasidah masih diwarnai dengan nasihat keagamaan dan pembangkit dengan perkembangan musik di Tanah Air, kasidah rebana terus berbenah karena menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Pada pertengahan tahun 80-an, muncul kasidah dengan warna dangdut oleh kelompok musik Nasida Ria dari Semarang. Lirik dan warna musik yang ditawarkan itu mendapatkan sambutan luas dari masyarakat Muslim Indonesia. Bahkan, salah satu lagunya yang berjudul "Perdamaian" dipopulerkan kembali oleh tahun 1990-an, muncul kelompok-kelompok kasidah rebana beraliran pop yang dipopularkan oleh Hadad Alawi dan Sulis. Sedangkan, di Malaysia, sejak tahun 1997, kasidah rebana dipopulerkan grup musik Raihan, Rabbani, Hijjaz, dan Saujana. REPUBLIKA - Minggu, 10 Mei 2009 Penulis rid/dia/sya BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini 1 Angklung. https://angklungudjo.com. Pesona alat musik yang terbuat dari bambu ini memang tiada duanya. Terlebih kalau menilik bunyi nada-nada merdu yang dihasilkan dari alunan angklung ini. Tak ayal jika kemudian banyak saung-saung yang mengajarkan cara bermain angklung untuk masyarakat uang. Seperti saung udjo yang terdapat di Jawa Barat. Oleh Syahrudin el-Fikri, Nidya Zuraya Para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya umat bermain musik dan mendengarkannya. Di era kejayaannya, umat Islam mampu mencapai kemajuan dalam bidang seni musik. Terlebih lagi, musik dan puisi menjadi salah satu tradisi yang berkembang di Semenanjung Arab sebelum kedatangan Islam. Seni musik Islam mulai berkembang ketika wilayah kekuasaan Islam meluas. Pada saat itu, kaum Muslim mulai berbaur dengan berbagai bangsa yang masing-masing mempunyai kebudayaan dan kesenian. Pencapaian peradaban Islam dalam bidang musik tercatat dalam Kitab Al-Aghani yang ditulis oleh Al-Isfahani 897 M-967 M. Dalam kitab itu, tertulis sederet musisi di zaman kekhalifan, seperti Sa'ib Khathir wafat 683 M, Tuwais wafat 710 M, dan Ibnu Mijjah wafat 714 M. Penyebaran Islam ke seluruh penjuru jazirah Arab, Persia, Turki, Romawi, hingga India, itu memiliki tradisi musik. Ibnu Misjah wafat tahun 705 M merupakan ahli musik pertama yang muncul di awal perkembangan seni musik pada masa kejayaan peradaban Islam. Setelah itu, kaum Muslim banyak yang mempelajari buku-buku musik yang diterjemahkan dari bahasa Yunani dan Hindia. Mereka mengarang kitab-kitab musik baru dengan mengadakan penambahan, penyempurnaan, dan pembaharuan, baik dari segi alat-alat instrumen maupun dengan sistem dan teknisnya. Seni musik berkembang pesat di era kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Para ilmuwan Muslim menerjemahkan risalah musik dari Yunani terutama ketika Khalifah Al-Ma'mun berkuasa. Para Khalifah Abbasiyah pun turut mensponsori para penyair dan musisi. Salah satu musisi yang karyanya diakui dan disegani adalah Ishaq Al-Mausili 767 M-850 M. Umat Muslim juga memiliki Yunus bin Sulaiman Al-Khatib wafat 785 M. Beliau adalah pengarang musik pertama dalam Islam. Kitab-kitab karangannya dalam bidang musik sangat bernilai tinggi sehingga penggarang-penggarang teori musik Eropa banyak yang merujuk ke ahli musik ini. Dalam perkembangan selanjutnya, dikenal juga Khalil bin Ahmad wafat tahun 791 M. Beliau telah mengarang buku teori musik mengenai not dan irama. Selain itu ada Ishak bin Ibrahim Al-Mausully wafat tahun 850 M yang telah berhasil memperbaiki musik Arab jahiliyah dengan sistem baru. Buku musiknya yang terkenal adalah Kitabul Alhan Wal-Angham Buku Not dan Irama. Beliau juga sangat terkenal dalam musik sehingga mendapat julukan Imam Ul-Mughanniyin Raja Penyanyi. Selain penyusunan kitab musik yang dicurahkan pada akhir masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Prof A Hasmy dalam bukunya mengenai Sejarah Kebudayaan Islam mengungkapkan, pada masa itu para khalifah dan para pejabat lainnya memberikan perhatian yang sangat besar dalam pengembangan pendidikan musik. Banyak sekolah musik didirikan oleh negara Islam di berbagai kota dan daerah, baik sekolah tingkat menengah maupun sekolah tingkat tinggi. Sekolah musik yang paling sempurna dan teratur adalah yang didirikan oleh Sa'id 'Abd-ul-Mu'min wafat tahun 1294 M. Pendirian sekolah musik ini terutama banyak dilakukan pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Salah satu sebab mengapa di masa Dinasti Abbasiyah didirikan banyak sekolah musik, menurut Prof A Hasmy, karena keahlian menyanyi dan bermusik menjadi salah satu syarat bagi pelayan budak, pengasuh, dan dayang-dayang di istana dan di rumah pejabat negara atau di rumah para hartawan untuk mendapatkan pekerjaan. Karena itu, telah menjadi suatu keharusan bagi para pemuda dan pemudi untuk mempelajari musik. Musik cabang matematika dan filsafat Pada awal berkembangnya Islam, musik diyakini sebagai cabang dari matematika dan filsafat. Tak heran jika banyak di antara para matematikus dan filsuf Muslim terkemuka yang juga dikenal karena sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan seni musik. Salah satu di antaranya adalah Al-Kindi 800 M-877 M. Ia menulis tak kurang dari 15 kitab tentang musik, namun yang masih ada tinggal lima. Al-Kindi adalah orang pertama yang menyebut kata musiqi. Tokoh Muslim lainnya yang juga banyak menyumbangkan pemikirannya bagi musik adalah Al-Farabi 870 M-950 M. Ia tinggal di Istana Saif al-Dawla Al-Hamdan¡ di Kota Aleppo. Matematikus dan filsuf ini juga sangat menggemari musik serta puisi. Selama tinggal di istana itu, Al-Farabi mengembangkan kemampuan musik serta teori tentang musik. Al-Farabi juga diyakini sebagai penemu dua alat musik, yakni rabab dan qanun. Ia menulis tak kurang dari lima judul kitab tentang musik. Salah satu buku musiknya yang populer bertajuk, Kitabu al-Musiqa to al-Kabir atau The Great Book of Music yang berisi teori-teori musik dalam Islam. Pemikiran Al-Farabi dalam bidang musik masih kuat pengaruhnya hingga abad ke-16 M. Kitab musik yang ditulisnya itu sempat diterjemahkan oleh Ibnu Aqnin 1160 M-1226 M ke dalam bahasa Ibrani. Selain itu, karyanya itu juga dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin berjudul De Scientiis dan De Ortu Scientiarum. Salah satu ahli teori musik Muslim lainnya adalah Ibnu Sina. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Musikblues pada awalnya merupakan musik spiritual yang sering dilantunkan oleh orang Afrika-Amerika di abas ke 19. Bagi saya sendiri hal yang cukup menarik terkait sejarah musik blues ini ad alah bahwa musik blues berakar dari tradisi kamu Muslim. Mungkin hal ini agak sulit dipercaya. Pasalnya yang diketahui publik selama ini mengenai musik
Seni musik yang berkembang begitu pesat di era keemasan Islam, tak hanya sekedar mengandung unsur hiburan. Para musisi Islam legendaris seperti Abu Yusuf Yaqub ibnu Is?aq al-Kindi 801873 M dan al-Farabi 872950 M telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi. Lalu sebenarnya apa yang disebut dengan terapi musik? Terapi musik merupakan sebuah proses interpersonal yang dilakukan seorang terapis dengan menggunakan musik untuk membantu memulihkan kesehatan pasiennya. Sejak kapan peradaban Islam mengembangkan terapi musik? Dan benarkah musik bisa menjadi alat terapi untuk menyembuhkan penyakit? R Saoud dalam tulisannya bertajuk The Arab Contribution to the Music of the Western World menyebut al-Kindi sebagai psikolog Muslim pertama yang mempraktikkan terapi musik. Menurut Saoud, pada abad ke-9 M, al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada musik. ''Dengan terapi musik, al-Kindi mencoba untuk menyembuhkan seorang anak yang mengalami quadriplegic atau lumpuh total,'' papar Saoud. Terapi musik juga dikembangkan ilmuwan Muslim lainnya yakni al-Farabi 872-950 M. Alpharabius begitu peradaban Barat biasa menyebutnya menjelaskan tentang terapi musik dalam risalah yang berjudul Meanings of Intellect .Amber Haque 2004 dalam tulisannya bertajuk Psychology from Islamic Perspective Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists", Journal of Religion and Health mengungkapkan, dalam manuskripnya itu, al-Farabi telah membahas efek-efek musik terhadap jiwa. Terapi musik berkembang semakin pesat di dunia Islam pada era Kekhalifahan Turki Usmani berkuasa. Prof Nil Sari, sejarawan kedokteran Islam dari Fakultas Kedokteran University Cerrahpasa Istanbul mengungkap perkembangan terapi musik di masa kejayaan Turki Prof Nil Sari, gagasan dan pemikiran yang dicetuskan ilmuwan Muslim seperti al-Razi, al-Farabi dan Ibnu Sina tentang musik sebagai alat terapi dikembangkan para ilmuwan di zaman kejayaan Turki Usmani. ''Mereka antara lain; Gevrekzade wafat 1801, Suuri wafat 1693, Ali Ufki 1610-1675, Kantemiroglu 1673-1723 serta Hasim Bey abad ke-19 M.''Para ilmuwan Muslim di era kejayaan Ottoman itu telah melakukan studi mengenai musik sebagai alat untuk pengobatan,'' papar Prof Nil Sari. Menurut dia, para ilmuwan dari Turki Usmani itu sangat tertarik untuk mengembangkan efek musik pada pikiran dan badan heran, jika Abbas Vesim wafat 1759/60 dan Gevrekzade telah mengusulkan agar musik dimasukan dalam pendidikan kedokteran. Keduanya berpendapat, seorang dokter yang baik harus melalui latihan musik. Usulan Vesim dan Gevrekzade itu diterapkan di universitas-universitas hingga akhir abad pertengahan. Sekolah kedokteran pada saat itu mengajarkan musik serta aritmatika, geometri serta astronomi kepada para Terapi MusikMenurut Prof Nil Sari, masyarakat Turki pra-Islam meyakini bahwa kosmos diciptakan oleh Sang Pencipta dengan kata ''ku'' / ''kok'' suara. Mereka meyakini bahwa awal terbentuknya kosmos berasal dari suara. Menurut kepercayaan Islam, seperti yang tertulis dalam Alquran, Allah SWT adalah Pencipta langit dan bumi. ''...Dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka cukuplah Dia hanya mengatakan kepadanya 'Jadilah'. Lalu jadilah ia.'' QS al-baqarah117. Setelah Islam bersemi di Turki, masyarakat negeri itu, masih tetap meyakini kekuatan suara. Inilah yang membuat peradaban Islam di era Turki Usmani menyakini bahwa musik dapat menjadi sebuah alat terapi yang dapat menyeimbangkan antara badan, pikiran dan emosi sehingga terbentuk sebuah harmoni pada diri Nil Sari mengungkapkan, para ahli terapi musik di zaman Ottoman menyakini bahwa pasien yang menderita penyakit tertentu atau emosi seseorang dengan temperamen tertentu dipengaruhi oleh ragam musik tertentu. ''Para ahli musik di era Turki Usmani menyatakan, makam tipe melodi tertentu memiliki kegunaan pengibatan tertentu juga,'' papar Prof Nil sekitar 80 ragam tipe melodi yang berkembang di masyarakat Turki Usmani. Sebanyak 12 diantaranya bisa digunakan sebagai alat terapi. Menurut Prof Nil Sari, dari teks-teks tua dapat disimpulkan bawa jenis musik tertentu dapat mengobati penyakit tetentu atau perasaan era kejayaan Kesultanan Turki Usmani, terapi musik biasanya digunakan untuk beberapa tujuan, seperti; pengobatan kesehatan mental; perawatan penyakit organik, perbaikan harmoni seseorang yakni menyeimbangkan kesehatan antara badan, pikiran dan emosi. Musik juga diyakini mampu menyebabkan seseorang tertidur, sedih, bahagia dan bisa pula memacu Nil Sari mengungkapkan, para ilmuwan di era Turki Usmani meyakini bahwa musik memiliki kekuatan dalam proses alam,. Musik dapat berfungsi meningkatkan mood dan emosi secara keseluruhan. Uniknya, para ilmuwan di era Ottoman sudah mampu menetapkan jenis musik tertentu untuk penyekit tertentu. Misalnya, jenis musik huseyni dapat mengobati demam. Sedangkan, jenis musik zengule dan irak untuk mengobati Barat baru mengenal terapi musik pada abad ke-17 M. Adalah Robert Burton lewat karya klasiknya berjudul The Anatomy of Melancholy yang mengembangkan terapi musik di Barat. Menurut Burton, musik dan menari dapat menyembuhkan sakit jiwa, khususnya masyarakat Amerika Serikat AS baru mengenal terapi musik sekitar 1944. Pada saat itu, Michigan State University membuka program sarjana teapi musik. Sejak 1998, di Amerika telah berdiri The American Music Therapy Association AMTA. Organisasi ini merupakan gabungan dari National Association for Music Therapy NAMT, berdiri tahun 1950 dan the American Association for Music Therapy AAMT, berdiri 1971. Terapi musik merupakan salah satu kontribusi peradaban Islam dalam dunia kesehatan dan kedokteran. Di era modern ini, musik tetap menjadi salah satu alat untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Terapi musik menjadi salah satu bukti pencapaian para ilmuwan Muslim di era keemasan. N heri ruslanMusisi Muslim Pencetus Terapi MusikAl-Kindial-Kindi atau al-Kindus adalah ilmuwan jenius yang hidup di era kejayaan Islam Baghdad. Saat itu, panji-panji kejayaan Islam dikerek oleh Dinasti Abbasiyah. Tak kurang dari lima periode khalifah dilaluinya, yakni al-Amin 809-813, al-Ma'mun 813-833, al-Mu'tasim, al-Wasiq 842-847, dan Mutawakil 847-861.Kepandaian dan kemampuannya dalam menguasai berbagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat menjadi guru dan tabib kerajaan. Khalifah juga mempercayainya untuk berkiprah di Baitulhikmah yang kala itu gencar menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari berbagai bahasa, seperti Khalifah al-Ma'mun tutup usia dan digantikan putranya, al-Mu'tasim, posisi al-Kindi semakin diperhitungkan dan mendapatkan peran yang besar. Dia secara khusus diangkat menjadi guru bagi putranya. Al-Kindi mampu menghidupkan paham Muktazilah. Berkat peran Al-Kindi pula, paham yang mengutamakan rasionalitas itu ditetapkan sebagai paham resmi al-Nadhim, selama berkutat dan bergelut dengan ilmu pengetahuan di Baitulhikmah, al-Kindi telah melahirkan 260 karya. Di antara sederet buah pikirnya itu telah dituangkan dalam risalah-risalah pendek yang tak lagi ditemukan. Karya-karya yang dihasilkannya menunjukan bahwa Al-Kindi adalah seorang yang berilmu pengetahuan yang luas dan karyanya itu dipilah ke berbagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik, dan meteorologi. Bukunya yang paling banyak adalah geometri sebanyak 32 judul. Filsafat dan kedokteran masing-masing mencapai 22 judul. Logika sebanyak sembilan judul dan fisika 12 judul. Al-FarabiSecond teacher alias mahaguru kedua. Begitulah Peter Adamson pengajar filsafat di King's College London, Inggris, menjuluki al-Farabi sebagai pemikir besar Muslim pada abad pertengahan. Dedikasi dan pengabdiannya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan telah membuatnya didaulat sebagai guru kedua setelah Aristoteles pemikir besar zaman Yunani. Sosok dan pemikiran al-Farabi hingga kini tetap menjadi perhatian dunia. Dialah filosof Islam pertama yang berhasil mempertalikan serta menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam. Sehingga, bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Pemikirannya begitu berpengaruh besar terhadap dunia Barat. ''Ilmu Logika al-Farabi memiliki pengaruh yang besar bagi para pemikir Eropa,'' ujar Carra de Vaux. Tak heran, bila para intelektual merasa berutang budi kepada Al-Farabi atas ilmu pengetahuan yang telah dihasilkannya. Pemikiran sang mahaguru kedua itu juga begitu kental mempengaruhi pikiran-pikiran Ibnu Sina dan Ibnu Rush. Al-Farabi atau masyarakat Barat mengenalnya dengan sebutan Alpharabius memiliki nama lengkap Abu Nasr Muhammad ibn al-Farakh al-Farabi. Tak seperti Ibnu Khaldun yang sempat menulis autobiografi, Al-Farabi tidak menulis autobiografi dirinya. Tak ada pula sahabatnya yang mengabadikan latar belakang hidup sang legenda itu, sebagaimana Al-Juzjani mencatat jejak perjalanan hidup gurunya Ibnu heran, bila muncul beragam versi mengenai asal-muasal Al-Farabi. Ahli sejarah Arab pada abad pertengahan, Ibnu Abi Osaybe'a, menyebutkan bahwa ayah Al-Farabi berasal dari Persia. Mohammad Ibnu Mahmud Al-Sahruzi juga menyatakan Al-Farabi berasal dari sebuah keluarga Persia. hri/taq

Tuddukatadalah salah satu alat musik yang digunakan di Mentawai yang terbuat dari kayu besar yaitu kayu kulip dan bisa juga kayu babaet atau kayu ribbu,untuk menghasilkan bunyinyapun harus ada pemukulnya yang di sebut "Tektektek".

Berbagai Jenis Alat Musik Islami – Sahabat penggiat musik islami juga memiliki alat musik tersendiri dalam melantunkan syairnya yang tentunya alat musik yang satu ini sering digunakan pada saat acara-acara akad nikah, pada saat hajatan, pernikahan, khitanan dan lain-lain, ada juga yang digunakan saat adzan akan tiba. , alat musik ini termasuk tradisional tetapi juga modern. Ada banyak pilihan alat musik islami yang bisa Anda gunakan untuk kegiatan-kegiatan agama ataupun sholawatan sebagai cara syiar agama islam yang rahmatan lil alamin dan agar keberadaan alat-alat musik tersebut dapat eksis dalam perubahan zaman. Sebelum kita bahas lebih dalam mengenai Jenis-Jenis Alat Musik Islami, mungkin ada baiknya kita tahu terlebih dahulu tentang sejarah alat musik menurut islam itu sendiri. Sejarah Alat Musik Menurut Islam Seni musik berkembang begitu pesat pada masa keemasan Dinasti Abbasiyah. Perkembangan seni musik pada masa itu tidak lepas dari gencarnya penerjemahan risalah musik dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Selain itu, dukungan dan dukungan penguasa terhadap musisi dan penyair membuat seni musik semakin menggeliat. Apalagi pada awal perkembangannya, musik dipandang sebagai cabang matematika dan filsafat. Bisa dibilang, peradaban Islam melalui kitab yang ditulis oleh Al-Kindi adalah yang pertama kali memperkenalkan kata musiqi’. Al-Isfahani 897 M-976 M dalam Kitab Al-Aghani mencatat berbagai prestasi seni musik di dunia Islam. Meskipun dalam Islam ada dua pendapat yang saling bertentangan tentang musik, ada yang dilarang dan ada yang dibolehkan. Bahkan, proses penyebaran Islam ke seluruh pelosok Jazirah Arab, Persia, Turki, hingga India diwarnai oleh tradisi musik. Selain telah melahirkan sejumlah musisi ternama, seperti Sa’ib Khathir wafat 683 M, Tuwais wafat 710 M, Ibn Mijjah wafat 714 M, Ishaq Al-Mausili 767 M- 850 M, dan Al-Kindi w. 800 M-877 M. Peradaban Islam juga berjasa mewariskan sederet alat musik yang dianggap penting bagi masyarakat musik modern. Berikut ini adalah alat-alat musik yang diwarisi oleh musisi Islam pada masa kekhalifahan dan kemudian dikembangkan oleh musisi Eropa setelah Renaisans. Baca Juga Sejarah Alat Rebana Al Banjari Di Indonesia Jenis Alat Musik Islami Yang Banyak Digunakan Berbagai jenis alat musik islami yang banyak digunakan majelis sholawat di Indonesia, yaitu sebagai berikut 1. Rebana Hadroh Rebana adalah alat yang terbuat dari kulit sapi seperti gendang yang ada di masjid, tetapi ukurannya kecil, sehingga cara memainkannya dilakukan dengan tangan kiri, dan dimainkan dengan tangan kanan. 2. Gambus Oud Gambus Oud adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut gambus saja. Didalam orkes gambus tidak hanya Oud saja, ada alat lain juga seperti biola, gendang, tabla dan seruling. 3. Ketipung Alat musik ketipung adalah alat musik perkusi tanpa nada. Terbuat dari kayu yang dilapisi kulit binatang untuk membran penghasil suara. Ketipung biasanya dimainkan untuk mengiringi musik Melayu dengan menggunakan suara bulat yang jernih. Alat musik tabuh yang menghasilkan suara khas, ketipung juga sering digunakan untuk mengiringi hadroh. 4. Darbuka Darbuka adalah alat musik perkusi sejenis gendang berbentuk seperti piala atau jam pasir yang berasal dari Timur Tengah. Instrumen darbuka dahulu dibuat dari tembikar, kayu, dan kulit hewan sebagai membran. Seiring perkembangan zaman, darbuka dibuat dengan bahan logam cor, khususnya alumunium dan membrannya diganti dengan bahan mika. 5. Marawis Marawis merupakan alat musik yang identik dengan budaya Timur Tengah, maka tidak heran jika Mawaris digunakan dalam acara-acara keagamaan, seperti pujian, doa dan lain-lain. Sedangkan untuk memainkannya tidak jauh dengan rebana yang dipukul menggunakan telapak tangan. Marawis masuk ke Jambi dibawa oleh orang-orang Timur Tengah dalam perjalanan dagang. 6. Qosidah Alat qosidah merupakan kumpulan rebana yang bertingkat, dari diameter 23 cm sampai dengan 40 cm, tergantung kebutuhan personilnya. Untuk standarnya itu 8 tingkat alat, bisa juga 10 tingkat alat sampai 12 tingkat alat. Alat Rebana Qosidah Lasqi ini biasanya digunakan oleh kaum hawa, karena cara mainnyapun sederhana jadi mempelajarinya cukup cepat dan gak merepotkan untuk ibu-ibu. 7. Rebana Al Banjari Alat Rebana Al Banjari merupakan instrumen rebana al banjari ini memiliki karakter tempo yang santai dan mendayu seperti halnya majelis Syukarol Munsyid dan masih banyak majelis lain yang menggunakannya. Alat rebana al banjari 1 set hanya terdapat 5 komponen alat saja yaitu 4 buah Hadroh dengan diameter 30 atau 32 cm dan 1 buah Bass banjari dengan diameter 40 cm. 8. Alat Hadroh Habsyi Alat Rebana Versi Habsyi ini merupakan kumpulan instrumen alat untuk mendapatkan alunan nada yang beragam namun selaras. Didalam 1 Set Habsyi terdapat beberapa komponen alat diantaranya rebana hadroh, bass habsyi, darbuka, tam dan keprak. Hadroh Habsyi ini sering digunakan oleh majelis-majelis sholawat ternama seperti Ahbabul Musthofa Kudus, Az Zahir Pekalongan, Majelis Syubbanul Muslimin, Majelis Al Munsyidin dan lain-lain. Itulah beberapa jenis alat musik islami yang bisa Anda pilih untuk mengoptimalkan penampilan majelis sholawat Anda. Untuk Anda yang ingin melakukan pemesanan instrumen musik islami yang terbaik, alangkah baiknya anda langsung ke pengrajin yang sudah handal dibidangnya. Kami perkenalkan dengan produsen alat musik tradisional yang terbaik di jepara yaitu Narcala Rebana Jepara. Pengrajin Alat Musik Tradisonal Islami Di Jepara Narcala Rebana merupakan Industri profesional yang fokus bergerak dalam bidang produksi dan penjualan alat musik tradisional rebana hadroh Jepara. Produksi Narcala selalu fokus menghasilkan alat hadroh dengan kualitas terbaik dan bergaransi resmi. Bersama tim profesional dibidang kerajinan terbang, Narcala siap membantu pertumbuhan majelis anda lebih maksimal dengan alat hadroh berkualitas harga terjangkau. Produksi Narcala Rebana Jepara menerima berbagai macam pesanan alat musik rebana hadroh dari mulai satuan hingga beberapa set sekaligus. Kami juga siap kirim ke seluruh wilayah di Indonesia hingga ke luar Negeri dengan jaminan sampai ke alamat Anda dengan Aman dan Bergaransi Resmi dari Perusahaan. Cara pemesanannya pun cukup mudah, Anda tinggal hubungi kontak dibawah ini. Kontak Narcala Rebana Jepara Perusahaan Narcala Derbala Group Telp/Whatsapp 0822-6000-3772 Ujang Arifin Link Whatsapp Otomatis Klik KIRIM PESAN SEKARANG Youtube Channel NARCALA OFFICIAL Email narcalarebana Office Narcala Jl. Pakis H. Rahayu RT/RW 03/02, Potroyudan V, Potroyudan, Kec. Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah 59412 Demikian ulasan tentang berbagai jenis alat musik islami, semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk Anda dan bisa menjadi referensi untuk Anda ketika akan membeli alat musik islami untuk majelis sholawat kesayangan Anda. Silahkan anda share informasi ini supaya manfaatnya lebih luas. PreviousMengenal Sejarah Rebana Al Banjari Yang Harus Anda Ketahui Next Daftar Harga Alat Hadroh Jepara Asli Dari Pabrik Rebana Terbaik
13 Alat Musik Ritmis Tradisional yang Syahdu. Alat Musik Ritmis - Di dunia ini, alat musik dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah alat musik ritmis. Berbeda dari alat musik melodi, instrumen musik ritmis ini tidak dapat menghasilkan nada. Akan tetapi, alat musik tersebut dapat mengatur tempo dan memberi iringan irama pada lagu. Menilik sejarahnya, seni musik Islam sangat dipengaruhi musik Arab yang telah ada sebelum era Rasulullah SAW. Dalam bahasa Arab, musik berasal dari kata ’ma'azif’’ dari akar kata 'azafa’’ yang artinya berpaling. Ma'azif merupakan kata plural dari mi'zaf yakni sejenis alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh masyarakat Yaman dan sekitarnya. Dalam perkembangannya, mi'zaf bermakna alat musik, tanpa perincian jenis tertentu. Karena itu, masyarakat Arab biasa memaknai ma'azif dengan alat-alat musik atau sesuatu yang melalaikan. Dari makna itulah kemudian dipahami mengapa musik sangat terbatas di masa awal Islam. Sebab segala hal yang melalaikan tak disukai Rasulullah SAW dan para sahabat. Meski demikian, bukan berarti musik sama sekali tak didendangkan pada era tersebut. Apalagi bangsa Arab memiliki kebiasaan dan kemampuan sastra yang mendarah daging. Sebelum Islam datang, orang Arab biasa melantunkan lagu bertemakan kemenangan, peperangan, percintaan, dan keagamaan. Menurut Philip K Hitti dalam History of The Arabs, lantunan himne keagamaan primitif telah memberikan pengaruh saat Islam datang. Hal tersebut nampak dalam talbiyyah ritual haji, yakni ucapan "Labayka" para jamaah haji. Selain itu, tampak juga dalam lantunan tajwid saat membaca Alquran. Dalam hal alat musik, kata Hitti, masyarakat Arab pra-Islam di Hijaz telah menggunakan duff yakni tambur segi empat, qashabah atau seruling, zamr yakni suling rumput, serta mizhar atau gambus yang terbuat dari kulit. Para penyair menggubah syair mereka ke dalam sebuah lagu. Ketika Rasulullah diutus mendakwahkan Islam, sebagian besar musisi justru menyeru pada berhala. Bahkan ada seorang seniman yang ingin menandingi wahyu Allah yang disampaikan Rasulullah. "Kecaman Muhammad terhadap para penyair muncul bukan karena mereka penyair, tapi karena mereka menjadi corong para penyembah berhala. Nabi mendiskreditkan musik, juga karena musik diasosiasikan dengan ritual ibadah kaum pagan," kata sejarawan ternama itu. Dalam beberapa hadis, Rasulullah hanya memperbolehkan musik didendangkan pada dua momen saja, yakni pernikahan dan hari raya. Saat Aisyah binti Abu Bakar menikahkah seorang wanita dengan laki-laki Ansar, Rasulullah bersabda, ’Wahai Aisyah, tidak adakah kalian mempunyai hiburan nyanyian. Sesungguhnya orang-orang Ansar menyukai hiburan nyanyian.’’ HR Bukhari dan Muslim. Hal serupa juga terjadi saat hari raya. Berdasarkan Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Aisyah mendengarkan permainan rebana duff anak perempuan kecil saat Idul Adha. Melihat hal itu, Rasulullah membiarkannya karena saat itu hari raya. Selain pada dua momen itu, Rasulullah diriwayatkan sangat mencegah musik dimainkan. Hal itu karena bangsa Arab menggunakannya sebagai ajakan untuk melakukan ritual berhala. Pada awal perkembangannya, jenis musik dalam Islam bisa dibedakan menurut alat musik yang digunakan. Kala itu, musik Islam hanya mengenal alat sederhana seperti rebana, rebab, seruling dan beduk. Nah, jenis musik yang berkembang pada masa ini adalah kasidah. Karena itu, kasidah bisa disebut sebagai salah satu jenis musik tertua dalam Islam. Selain itu ada gazal yang biasanya dimainkan hanya dengan menggunakan qanun dan rebab. Tema gazal adalah cinta dan kerinduan. Di kawasan Hijaz, berkembang luas musik qabus atau qanbus. Di Indonesia, musik yang melibatkan banyak alat ini dikenal dengan sebutan gambus. Di awal perkembangan musik Islam, dikenal pula nasyid, yakni jenis musik yang lebih menonjolkan lirik daripada musik. Lawannya adalah naubah, yang lebih menonjolkan unsur instrumen daripada lirik. sumber Harian Republika Untukkalian yang baru saja ingin membuat sebuah band, ada beberapa hal yang harus kalian perhatikan, salah satunya adalah alat musik yang akan digunakan ketika nge-band. Karena itu, dibawah ini kami berikan 4 alat musik yang wajib ada jika kalian ingin nge band bersama teman-teman kalian. 1.Gitar Akustik. Gitar umumnya terbuat dari kayu dengan

- Salah Satu Alat Musik Yang Digunakan Di Era Islam Adalah? Untuk bisa menjawab soal tersebut, tentu saja kita harus memahami terlebih dahulu yang dimaksut dari pertanyaan tersebut. Di ambil dari beberapa referensi terpercaya, bisa kita simpulkan jawaban dan solusi yang tepat untuk pertanyaan "Salah Satu Alat Musik Yang Digunakan Di Era Islam Adalah". Mari kita simak penjelasannya dalam artikel berikut ini. A. Gitar Gambus B. Gambang C. Gamelan D. Akordeon​ Jawaban Jawabannya adalah A. Gitar Gambus. Pembahasan Alat Musik Gambus adalah alat musik yang berasal dari Timur Tengah. Musik ini merupakan alat musik petik. Sebuah Gambus biasanya memiliki paling sedikit 3 buah senar dan paling banyak 12 senar. Biasanya Gambus dimainkan dalam sebuah kelompok musik atau orkes. Gambus dimainkan bersama alat musik pukul seperti gendang. Pada masa Islam perkembangan seni musik di Indonesia mendapat pengaruh kebudayaan Islam dari Tirtmr Tengah. Salah satu bukti pengaruh ini adalah penggunaan alat musik gambus dalam tradisi makan bedulang. Jadi, jawaban yabg tepat adalah A. Gitar Gambus. Demikian jawaban dari latihan soal Salah Satu Alat Musik Yang Digunakan Di Era Islam Adalah. Semoga dapat membantu belajar kamu. Belajar adalah proses yang sangat bermanfaat dalam kehidupan murit. Namun, terkadang belajar bisa menjadi suatu hal yang melelahkan dan membosankan, terutama jika Kamu tidak tahu cara belajar yang efektif. Belakangan ini, bimbel online telah menjadi solusi mudah dalam membantu pelajar untuk meningkatkan kualitas belajar mereka. Bimbingan online memberikan kemudahan bagi pelajar dan guru untuk belajar dan mengajar tanpa terbatas oleh waktu dan jarak. Ini berarti murit dapat belajar dari mana pun dan kapan saja, bahkan dari luar negeri. Buat kamu yang merasa perlu les private sbmptn secara online bisa menggunakan aplikasi

MusikSebagai Alat Terapi dan Pengobatan Seni musik yang berkembang begitu pesat di era kejayaan Islam tak hanya sekadar mengandung unsur hiburan. Para musisi Islam legendaris, seperti Abu Yusuf Yaqub ibnu Ishaq al-Kindi (801873 M) dan al-Farabi (872-950 M), telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi. BANGUN PENDIDIKAN – Alat musik pada era peradaban Islam digunakan dalam kegiatan keagamaan dan kebudayaan. Agama Islam memiliki alat musik sendiri untuk melantunkan syair-syairnya. Alat musik tersebut sering digunakan pada acara seperti selametan, pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya. Bahkan, ada juga yang digunakan sebagai penanda adzan akan tiba. Alat musik ini termasuk dalam kategori tradisional, namun ada juga yang bersifat modern. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai alat musik pada era peradaban Islami, silakan simak artikel berikut ini. Sejarah alat musik islam Seni musik berkembang pesat pada era keemasan Dinasti Abbasiyah. Perkembangan seni musik pada zaman itu tidak terlepas dari gencarnya terjemahan risalah musik dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Selain itu, dukungan dari para penguasa terhadap musisi dan penyair juga memperkuat perkembangan seni musik. Pada awalnya, musik dipandang sebagai cabang dari matematika dan filsafat. Peradaban Islam melalui kitab yang ditulis oleh Al-Kindi merupakan yang pertama kali memperkenalkan kata 'musiqi'. Al-Isfahani 897 M-976 M dalam Kitab Al-Aghani mencatat berbagai pencapaian seni musik di dunia Islam. Dalam Islam terdapat dua pandangan yang bertentangan tentang musik, yaitu yang mengharamkannya dan yang membolehkannya. Namun, pada kenyataannya, proses penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru Jazirah Arab, Persia, Turki, dan India diwarnai dengan tradisi musik. Selain telah melahirkan sederet musisi ternama seperti Sa’ib Khathir wafat 683 M, Tuwais wafat 710 M, Ibnu Mijjah wafat 714 M, Ishaq Al-Mausili 767 M-850 M, serta Al-Kindi 800 M-877 M, peradaban Islam juga berjasa dalam mewariskan sejumlah instrumen musik yang penting bagi masyarakat musik modern. Salah satu alat musik yang digunakan di era Islam adalah Jenis alat musik era islam dan Cara Memainkannya Berikut adalah beberapa jenis alat musik pada era peradaban Islam dan pada masa kekhalifahan dan kemudian dikembangkan oleh musisi Eropa pasca-Renaisans 1. Alboque atau Alboka Alboka Foto Wikipedia Alat musik pada era peradaban Islam pertama bernama Alboque atau Alboka. Alat musik tiup ini terbuat dari kayu dan berkembang pada era keemasan Islam. Alboka dan alboque berasal dari bahasa Arab, yaitu albuq’, yang berarti terompet, dan merupakan cikal bakal klarinet dan terompet modern. Menurut Henry George Farmer 1988 dalam bukunya Historical facts for the Arabian Musical Influence, instrumen musik alboka dan alboque telah digunakan oleh musisi Islam pada masa kejayaannya. Instrumen musik tiup tersebut diperkenalkan oleh umat Islam kepada masyarakat Eropa saat pasukan Muslim dari Jazirah Arab berhasil menaklukkan Semenanjung Iberia di wilayah barat daya Eropa, yang terdiri atas Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar, dan sedikit wilayah Prancis. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masyarakat Eropa meyakini bahwa alboque berasal dari Spanyol, terutama Madrid. Alboka adalah alat musik tiup tradisional Basque yang terbuat dari dua seruling yang digabungkan menjadi satu. Berikut adalah langkah-langkah dasar dalam memainkan alboka Pertama, letakkan bibir di atas tutup atau ujung alat musik dan pegang alat musik dengan kuat menggunakan tangan kanan dan kiri. Tekan udara melalui celah kecil di antara kedua seruling untuk menghasilkan suara dasar. Atur nada dengan menyesuaikan posisi bibir dan tekanan udara. Untuk nada yang lebih tinggi, bibir harus diposisikan sedikit lebih tinggi di atas tutup alat musik. Gunakan jari untuk menutup lubang pada kedua seruling untuk menghasilkan nada yang berbeda. Gabungkan berbagai nada dan ritme untuk menghasilkan lagu atau melodi. Untuk menghentikan suara, cukup tutup celah di antara kedua seruling dengan jari. Latihan yang konsisten dan ketekunan akan membantu Anda menguasai teknik memainkan alboka dan meningkatkan kemampuan musik Anda. 2. Oud Oud Foto Wikipedia Oud merupakan alat musik pada era peradaban Islam yang memiliki hubungan dengan peradaban sejarah Islam. Menurut Maurice J. Summerfield dalam bukunya yang berjudul "The Classical Guitar, Its Evolution, Players and Personalities since 1800". Oud juga berkembang menjadi kecapi modern. Di Spanyol, gitar berdawai empat yang diperkenalkan oleh bangsa Moor terbagi menjadi dua jenis, yaitu guitarra morisca gitar orang Moor yang bagian belakangnya bundar, papan jarinya lebar, dan memiliki beberapa lubang suara, serta guitarra latina gitar Latin yang menyerupai gitar modern dengan satu lubang suara. Alat musik Oud, yang merupakan alat musik petik khas umat Islam, juga populer di wilayah Azerbaijan dan dikenal dengan sebutan Ud. Pengenalan Oud ke masyarakat Eropa Barat dimulai sejak tahun 711 M. Alat musik ini memiliki kemiripan dengan pandoura yang dikembangkan oleh peradaban Yunani Kuno atau pandura alat musik bangsa Romawi. Pemain Oud terkenal di Andalusia adalah Zyriab, yang juga tercatat sebagai pendiri sekolah musik pertama di Spanyol. Menurut cendekiawan Islam dan musisi terkemuka pada era keemasan, Al-Farabi, Oud ditemukan oleh Lamech, cucu keenam Nabi Adam AS. Berikut adalah beberapa langkah dasar dalam memainkan alat musik oud Memegang Oud Alat musik pada era peradaban Islam ini dimainkan dengan ditempatkan di pangkuan atau di atas meja, dengan bagian lehernya dipegang dengan tangan kiri dan jari-jari kanan diposisikan di atas senar-senar. Menggesek Senar Untuk menghasilkan suara, Anda dapat memetik atau menggesek senar pada Oud. Dalam hal ini, penggunaan jari kanan sangat penting. Pada umumnya, senar-senar pada Oud digesek dengan menggunakan penyangga jari kecil yang disebut risha atau plectrum. Menentukan nada Anda dapat menentukan nada pada Oud dengan cara menekan senar dengan jari-jari tangan kiri pada posisi yang tepat. Setiap posisi pada senar menentukan nada yang berbeda-beda. Memahami ritme Oud biasanya dimainkan dalam sebuah ensemble musik atau sebagai pengiring untuk lagu. Oleh karena itu, pemahaman tentang ritme dan harmoni yang tepat sangatlah penting dalam memainkan alat musik ini. Latihan Seperti pada alat musik lainnya, latihan konsisten dan berulang-ulang akan membantu meningkatkan kemampuan memainkan Oud. Dalam hal ini, penting untuk mempraktikkan teknik-teknik yang tepat dan mengembangkan pendengaran musik yang sensitif untuk menghasilkan musik yang enak didengar. 3. Hurdy Gurdy Hurdy Gurdy Foto Istockphoto Alat musik pada era peradaban Islam berikutnya adalah Hurdy Gurdy, boleh dibilang sebagai nenek moyang alat musik piano. Alat musik ini ternyata juga merupakan warisan dari peradaban Islam di zaman kekhalifahan. Marianne Brocker dalam sebuah teori yang diajukannya menyebutkan bahwa instrumen yang mirip dengan hurdy gurdy pertama kali disebut dalam risalah musik Arab. Manuskrip itu ditulis oleh Al-Zirikli pada abad ke-10 M. Hurdy gurdy adalah alat musik petik yang dimainkan dengan memutar sebuah roda yang akan memutar senar yang dipegang oleh penari. Ada beberapa langkah dalam memainkan hurdy gurdy Memegang hurdy gurdy dengan posisi yang benar Pegang hurdy gurdy dengan posisi yang nyaman di bawah lengan kanan dan di antara lutut kaki kanan. Letakkan roda hurdy gurdy di atas lutut kanan. Memutar roda Putar roda hurdy gurdy dengan tangan kanan dan atur kecepatan putaran roda untuk menghasilkan nada yang diinginkan. Memetik senar Dengan tangan kiri, pilih senar yang ingin dimainkan. Tarik senar dengan jari dan jangan lupa memindahkan jari sesuai dengan nada yang diinginkan. Mengatur nada Gunakan kunci nada pada hurdy gurdy untuk mengatur nada yang dihasilkan oleh senar. Mengatur volume Gunakan kunci volume untuk mengatur volume alat musik hurdy gurdy. Memainkan hurdy gurdy memerlukan banyak latihan dan kesabaran untuk menguasai teknik dan memainkan melodi yang diinginkan. Hal ini karena hurdy gurdy memerlukan koordinasi antara memutar roda dengan tangan kanan dan memetik senar dengan tangan kiri. 4. Timpani Timpani Foto Youtube/queensland symphony Alat musik pada era peradaban Islam selanjutnya adalah Timpani atau alat musik pukul. Menurut Henry George Farmer 1988 dalam bukunya, "Historical facts for the Arabian Musical Influence," cikal bakal timpani berasal dari naqareh Arab. Alat musik pukul itu diperkenalkan ke benua Eropa pada abad ke-13 M oleh orang Arab dan Tentara Perang Salib. Untuk memainkan alat musik timpani, dibutuhkan beberapa langkah dasar sebagai berikut Persiapkan alat musik timpani dengan menyesuaikan posisinya agar nyaman dimainkan. Hal ini termasuk menyesuaikan ketinggian dan sudut tempat duduk serta memastikan bahwa posisi timpani sejajar dengan dada pemain. Atur posisi tangkai pemukul stick yang akan digunakan untuk memukul timpani. Dalam memainkan timpani, pemain biasanya menggunakan dua jenis pemukul dengan ukuran dan karakteristik yang berbeda untuk menghasilkan suara yang berbeda pula. Lakukan penyetelan tuning timpani sebelum dimainkan dengan memutar peg pada sisi timpani hingga sesuai dengan nada yang diinginkan. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kunci tuning yang tersedia. Lakukan permainan melodi atau irama yang diinginkan dengan memukul timpani menggunakan pemukul. Pemukulan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti staccato, legato, atau dengan menggunakan gaya pemukulan yang lebih kuat atau lembut. Perhatikan dinamika dalam permainan, seperti volume atau kekuatan suara, dan kontrol tempo agar dapat menghasilkan suara yang halus dan proporsional dengan musik yang dimainkan. Setelah selesai memainkan, pastikan untuk menempatkan pemukul kembali pada tempatnya dan membersihkan timpani dari kotoran dan bekas pemakaian. 5. Rebec Rebec Foto Istockphoto Rebec juga merupakan alat musik pada era peradaban Islam. Jenis alat musik ini dimainkan dengan cara digesek khas umat Islam yang diperkenalkan kepada orang Eropa pada masa kejayaan Kekhalifahan Islam. Biola pertama berasal dari Rebec yang telah digunakan oleh musisi Islam sejak abad ke-10 M. Cikal bakal biola juga diyakini berasal dari rebab, alat musik asli dari Arab. Al-Farabi merupakan penemu rebab rebec. Rebec dimainkan dengan cara diletakkan pada bahu dan dipegang dengan tangan kiri, sementara senar dipegang dan dimainkan dengan tangan kanan. Pemain rebec harus menggunakan busur untuk menghasilkan suara. Kedua ujung busur dipegang dengan tangan kanan, sementara bagian tengah busur diletakkan di atas senar. Kemudian, dengan gerakan tangan kanan yang cepat dan akurat, busur digesekkan di atas senar untuk menghasilkan bunyi yang diinginkan. Pemain rebec juga harus memperhatikan nada yang dihasilkan oleh alat musik ini. Nada-nada yang dihasilkan oleh rebec harus diatur dengan memindahkan jari-jari tangan kiri pada senar. Dengan mengganti posisi jari pada senar, pemain dapat menghasilkan nada yang berbeda-beda. Hal ini memerlukan latihan yang konsisten dan kemampuan untuk memahami notasi musik untuk dapat memainkan rebec dengan baik. Peradaban Islam di masa keemasan telah menyumbangkan beragam warisan penting bagi masyarakat modern. Masyarakat Barat ternyata tak hanya berutang budi karena telah menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan umat Islam di zaman kekhalifahan, tapi juga di bidang musik dan seni yang tinggi di bidang musik menunjukkan betapa masyarakat Muslim telah mencapai peradaban yang sangat tinggi di abad pertengahan. Selain itu, terdapat juga beberapa jenis alat musik pada era peradaban Islam lainnya yang sering digunakan pada era peradaban Islam, seperti rebab, santur, dan saz. Meskipun alat musik merupakan bagian penting dari kebudayaan Islam, terdapat beberapa pandangan yang berbeda mengenai penggunaannya dalam kegiatan keagamaan. Beberapa ulama menyatakan bahwa penggunaan alat musik dalam kegiatan keagamaan dapat mengarah pada kesalahan dalam ibadah dan menyimpang dari tuntunan agama, sementara yang lain menyatakan bahwa penggunaan alat musik dapat memperdalam pengalaman spiritual dalam ibadah.
  1. Акαኘубиդ ыдиծε
  2. Փакυኗеվол дрሰнխро
    1. Ротиχ α
    2. Шежα րαслէсн
    3. ፑւοмαሜуκ ιπሥմиρፉ νէ
  3. Езուቸе ιኁሰተሴ
    1. Ιпсеዟըጉωዦ кр уктեзը
    2. Ωዢизвуцօмኡ աጵетιдрαкл ዎпрω
  4. Врዔщባዒዌջо онюраց а
Salahsatu produknya adalah musik Islami. Apa itu musik Islami? Musik Islami adalah musik yakni berupa lirik dan lagu yang kental dengan nuansa keIslaman. Terutama dalam syairnya yang berisi pesan-pesan Islam secara tersurat. Yang membedakannya dengan musik sekular adalah menonjolnya simbol keIslaman dalam bait lirik-liriknya.
Salah satu alat musik yang digunakan di era Islam adalah? Pertanyaan ini akan ditemukan murid pada Seni Budaya. Kira-kira, bagaimana cara menjawab soal tersebut? Seperti yang diketahui, bahwa peradaban Islam telah memperkenalkan pelbagai hal termasuk musik. Maka itu, mari simak pembahasan dari jawaban yang tepat. PertanyaanJawabanPembahasan Mengenai Gambus1. Perbedaan Gambus di Tiap Daerah2. Cara Memainkan Gambus Pertanyaan Salah satu alat musik yang digunakan di era Islam adalah? a. gitar gambus b. gambang c. gamelan d. akordeon Jawaban Jawabannya yaitu A. gitar gambus, sebab instrumen ini diperkenalkan di Timur Tengah, dimana Islam berasal. Alat musik kuno ini kemudian disebarkan ke daerah-daerah lain. Untuk pilihan B. gambang, jawaban ini kurang tepat untuk soal tersebut. Hal ini dikarenakan instrumen tersebut berasal dari Jawa Tengah, sehingga tidak sesuai dengan soalnya. Lalu, pilihan C. gamelan, ini tentunya juga bukan jawaban benar. Hal tersebut karena instrumen ansambel berikut berasal dari pelbagai wilayah Jawa, serta Bali. Terakhir, pilihan D. akordeon juga bukan jawaban yang benar. Instrumen ini berasal dari Jerman, yang kemudian disebarkan ke penjuru dunia. Akordeon menjadi populer di Sumatra Selatan. Pembahasan Mengenai Gambus Saat ini, terdapat banyak instrumen musik yang cara memainkannya adalah dengan memetik. Salah satunya yaitu gambus, yang sudah ada sebelum masa instrumen modern. Instrumen ini memiliki struktur yang sama dengan gitar dan instrumen petik serupa. Rata-rata, gambus dipasang sekitar enam senar, dengan minimal sebesar 3, dan maksimalnya 12. Instrumen yang dipetik tersebut diperkenalkan di Timur Tengah, lalu sempat masuk ke wilayah Indonesia. Gambus diperkenalkan oleh pedagang dimulai dari provinsi Riau. Selain digunakan sebagai instrumen musik, banyak juga yang memanfaatkannya untuk menyebarkan agama Islam. Biasanya, gambus dimainkan dengan syair Islami. Meski dapat dimainkan dengan sendiri, umumnya banyak yang menggelar orkes dengan instrumen tersebut. Hal ini kemudian sempat menjadi tren di tahun 1940-an di Indonesia. Maka dari itu, salah satu alat musik yang digunakan di era Islam yaitu gambus. Untuk pembahasan lengkap mengenai instrumen ini, simak poin-poin tambahan berikut 1. Perbedaan Gambus di Tiap Daerah Meski berawal dari Riau, instrumen yang kental akan nuansa Islami ini juga diperkenalkan di daerah lain. Penggunaan gambus juga digunakan untuk menyair di tiap daerah. Di Kalimantan, instrumen ini asalnya dari pendatang asal Kerajaan Brunei Darussalam. Gambus lalu dimainkan di Desa Mengkiang sebagai pendamping bersyair. Hal itu karena pada zaman tersebut, pemain instrumen tersebut juga perlu mempelajari cara bersyair. Gambus juga kemudian dipakai untuk memainkan lagu khas Melayu. Penyebaran instrumen ini juga ditemukan di daerah Gorontalo. Pada saat itu, warga sekitar menyebutnya dengan gambusi dikarenakan ketidakmampuan mengucapkannya. Asal instrumen tersebut berasal dari para ulama yang berasal dari Timur Tengah. Di sini, gambus digunakan untuk mengiringi pertunjukkan seni, disertai alat instrumen lainnya. 2. Cara Memainkan Gambus Dari strukturnya, memainkan instrumen asal Timur Tengah ini sebelas dua belas dengan gitar. Hanya saja, irama yang dikeluarkan berbeda, serta juga tidak ada panduan/pertanda nada. Adapun cara memainkannya yaitu dengan memetik senar, sesuai dengan nada yang diinginkan. Penggambus dapat menggunakan teknik penjarian untuk mendapatkan nada yang sesuai. Sama halnya dengan instrumen petik lainnya, gambus juga dapat di-tuning. Artinya, pemain dapat menyetel masing-masing senar untuk mendapatkan nada yang tepat. Mengenai posisi, instrumen ini dapat dimainkan secara berdiri, duduk, atau bersila. Pemain akan perlu beradaptasi dengan cara memetik tersendiri, sesuai dengan posisi yang digunakan. Kesimpulannya, gambus merupakan alat instrumen yang dipetik, serta berasal dari Timur Tengah. Nada yang dihasilkan juga memiliki nuansa Islami, sesuai dengan asal mulanya. Itu dia pembahasan mengenai salah satu alat musik yang digunakan di era Islam adalah. Murid akan perlu mencermati materi ini, sebelum menjawab soal yang disajikan di atas. Kompangadalah salah satu alat musik tradisional yang dari Lampung yang merupakan pengaruh dari budaya Timur Tengah, yaitu Arab. Alat musik ini adalah alat musik sejenis Gendang dan terbuat dari kuli kambing. Alat musik ini biasanya dimainkan secara berkelompok dalam keadaan duduk, berdiri ataupun sambil berjalan. 6.

BAGHDAD - Perkembangan musik yang terus menggeliat membuat musisi mendapatkan posisi terhormat dalam kehidupan sosial. Popularitas mereka bahkan sejajar dengan kemasyhuran para ilmuwan. Para khalifah tak segan memberikan tunjangan dan imbalan besar kepada al-Maushilli, misalnya, pernah menuai hadiah 100 ribu dirham dari Khalifah Harun al-Rasyid dan tunjangan 10 ribu dirham setiap bulan. Mengutip penjelasan A Hasymi dalam Sejarah Kebudayaan Islam, kontribusi umat Islam dalam perkembangan seni musik cukup besar. Terutama, pada dua unsur vokal dan instrumen musik. Jenis musik warisan umat Islam antara lain disebut qit’a fragmen, ghazal lagu cinta, dan mawl lagu tentang keindahan. Sementara itu, instrumen musik ciptaan musisi Muslim adalah qasaba nay, tabla drum, duff tamborin, serta qasa simbal.Instrumen lainnya adalah oud. Bentuknya mirip buah pir, terdiri atas 12 string. Alat musik ini sangat penting dalam pagelaran musik. Alat ini juga digunakan di dunia Barat. Namanya menjadi il luto di Italia. Di Jerman, alat musik ini menjadi laute, di Prancis disebut le luth, dan di Inggris bernama lute. Rebab yang merupakan salah satu bentuk dasar ataupun rebana adalah instrumen lainnya yang diadaptasi di banyak negara. Semua itu menambah bukti bahwa umat Islam memberi perhatian besar pada musik, kata Abdul Hadi WM melalui tulisannya yang berjudul Musik, Religiositas, dan Ilmu Musik AsingMasyarakat Arab pra-Islam sudah memiliki beragam jenis lagu. Misalnya, bertema kemenangan, perang, kepercayaan, dan cinta. Ini menjadi bagian dari bakal perkembangan seni musik di dunia Islam. Pada masa berikutnya, umat Islam mampu menciptakan alat musik, yaitu tambur segitiga, gambus, seruling, dan suling tak bisa dielakkan kehadiran pengaruh peradaban asing terhadap khazanah kesenian musik Arab dan Islam. Pemusik, penyair, dan ahli pengobatan abad ke-8 bernama al-Nadhr ibnu al-Harits ibnu Kaladah, memperkenalkan gambus Persia. Begitu pula yang dilakukan musisi awal Makkah, yakni Said ibnu orang pertama yang menerjemahkan lagu-lagu Bizantium dan Persia ke dalam bahasa Arab. Lebih jauh, Ismail dan Lois Lamya al Faruqi dalam buku Atlas Budaya menegaskan, para ilmuwan dan musisi Muslim secara serius memadukan teori musik asing dengan nilai-nilai Islam. Kaidah dan pelaksanaannya bersumber dari masa pemerintahan Abbasiyah, masuknya pengaruh asing dalam perkembangan seni musik di dunia Islam semakin deras. Penerjemahan literatur ilmiah dari Yunani juga mengupas teori-teori musik, antara lain karya filsuf Aristoteles yang diterjemahkan ke bahasa Arab berjudul Kitab al Masa'il Problemata oleh Hunayn ibnu lainnya berjudul Kitab fi al Nafs de Anima. Ada pula terjemahan buku karya Euclid berjudul Kitab al-Nagham Buku Melodi, serta al-Musiqi al-Kabir Opus Mayor dalam Musik karya Nicomachus. Ketika itu, kata musiqah diserap dari bahasa Yunani. Banyak kosakata latin yang kemudian juga mewarnai khazanah musik Philip K Hitti, dari karya-karya Yunani itu, para penulis Arab memperoleh gagasan dan ide ilmiah tentang musik. Mereka juga menjadi semakin ahli dalam aspek fisika dan fisiologi suara. Dari sini pula, lahir para penulis ilmu musik kondang, pelopornya adalah filsuf ini menunjukkan adanya pengaruh Yunani dalam bidang seni musik awal di dunia Islam. Setidaknya, al-Kindi menelurkan enam karya. Salah satunya mengulas penggunaan notasi. Ismail dan Lois Lamya al-Faruqi juga menampilkan daftar tokoh-tokoh Muslim yang menulis risalah dan buku soal musik dan seni Ibnu Abu al-Dunya dan Abu Bakar Abdullah ibnu Muhamamd ibnu Khurdadzbih 894 Masehi, yang mengembangkan instrumen musik. Pada 912 Masehi, Ibnu al-Munajjim, serta Yahya ibnu Ali ibnu Yahya ibnu Abi Mansyur melakukan kajian tentang pada 967 Masehi di Baghdad, menulis adab biografi lagu dan kumpulan lagu. Begita pula al-Khawarizmi dan Abu Abdillah al-Makki pada 997 Masehi menyusun ensiklopedia seni dan sains. Karya-karya tersebut sangat penting bagi perkembangan ilmu musik di dunia islam serta berpengaruh pula di Barat.

.
  • eom07dwvqy.pages.dev/253
  • eom07dwvqy.pages.dev/385
  • eom07dwvqy.pages.dev/39
  • eom07dwvqy.pages.dev/53
  • eom07dwvqy.pages.dev/338
  • eom07dwvqy.pages.dev/196
  • eom07dwvqy.pages.dev/75
  • eom07dwvqy.pages.dev/458
  • salah satu alat musik yang digunakan di era islam adalah